BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Aneka bahan pangan yang mengandung
karbohidrat dapat diolah menjadi makanan khas yang disebut tape. Bahan
Pangan pembuatan tape umumnya dibuat dari beras, beras ketan, atau dari
singkong (ketela pohon). Sedangkan kali ini, kami membuat tape dari keladi. Dalam hal ini kami membuat tape
dengan bahan dasar yaitu keladi karena keladi relatif murah sehingga biaya
produksi pembuatannya terjangkau.
Keladi merupakan sekelompok
tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae).
Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa
tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium,
seperti talas
(Colocasia). Keladi sejati jarang membentuk umbi
yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke
berbagai penjuru dunia.
Tape adalah produk yang dihasilkan
dari proses fermentasi dimana terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang
ada dalam singkong diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula dengan
bantuan suatu organisme yang disebut ragi atau khamir. Berbeda
dengan makanan-makanan fermentasi lain yang hanya melibatkan satu
mikroorganisme yang berperan utama, seperti tempe atau minuman alkohol,
pembuatan tape melibatkan banyak mikroorganisme.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah proses pembuatan tape dengan bahan dasar dari umbi
talas (keladi) dan hasil dari tape
tersebut?
2.
Faktor apa saja
yang dapat menyebabkan pembuatan tape keladi tidak sempurna?
C. Tujuan
Untuk mengetahui
proses pembuatan tape dengan bahan dasar dari umbi talas (keladi) dan hasil
dari tape umbi talas (keladi), serta mengetahui faktor yang dapat menyebabkan
pembuatan tape keladi tidak sempurna.
D. Manfaat
Dapat
meningkatkan keterampilan dalam pemanfaatan talas (keladi) sebagai bahan dasar
pembuatan tape.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Talas merupakan
tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan
(Araceae), berperawakan tegak
dan
merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama
umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara
dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi
(India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China
dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa
pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas
bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai
pegunungan di atas 1000 m baik liar
maupun di tanam.
Tanaman talas
mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistem perakaran serabut, liar dan pendek.
Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih,
berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat.
Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm panjangnya,
dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah bermacam-macam.
Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai.
Di Indonesia,
talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Talas mengandung
karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin. Talas mempunyai nilai
ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai
bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah
difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan
dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan
kering.
Pembuatan tape
dengan bahan dasar talas merupakan sebuah alternatif untuk memanfaatkan tanaman
umbi-umbian jenis talas-talasan sebagai alternatif bahan pengganti singkong
atau ketan hitam. Selain itu talas juga mempunyai kandungan karbohidrat yang
tinggi. Selama ini pemanfaatan talas hanya sebatas pada camilan seperti keripik
atau hanya direbus biasa sehingga memerlukan alternatif agar talas dapat
bernilai ekonomis yang lebih tinggi.
Talas mempunyai manfaat yang besar untuk bahan makanan
utama dan substitusi karbohidrat di beberapa negara termasuk di Indonesia.
Selain itu sebagai bahan baku industri dibuat tepung yang selanjutnya diproses
menjadi makanan bayi (di USA) kuekue (di Philippina dan Columbia) serta roti (di
Brazilia) sementara di Indonesia dibuat menjadi makanan enyekenyek, dodol
talas, chese stick talas dan juga untuk pakan ternak (termasuk daun dan
batangnya). Talas mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena
berbagai manfaat dan dapat dibudidayakan dengan mudah sehingga potensi talas
ini cukup besar. Talas
merupakan sumber pangan yang penting karena selain merupakan sumber
karbohidrat, protein dan lemak, talas juga mengandung beberapa unsur mineral
dan vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan. Komposisi zat yang
terkandung dalam 100 gram talas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kandungan Gizi Talas
|
||||
Komponen
|
Satuan
|
T. mentah
|
T. Kukus
|
T. Rebus
|
Energi
|
Kal
|
98
|
120
|
-
|
Protein
|
Gr
|
1,9
|
1,5
|
1,17
|
Lemak
|
Gr
|
0,2
|
0,3
|
29,31
|
Karbohidrat
|
Gr
|
23,7
|
28,2
|
0,026
|
Kalsium
|
Mg
|
28,0
|
31,0
|
-
|
Fospor
|
Mg
|
61,0
|
63,0
|
-
|
Besi
|
Mg
|
1,0
|
0,7
|
-
|
Vitamin A
|
RE
|
3,0
|
0
|
-
|
Vitamin C
|
Mg
|
4,0
|
2,0
|
-
|
Vitamin B1
|
Mg
|
0,13
|
0,05
|
-
|
Air
|
Gr
|
73,0
|
69,2
|
61,0
|
Bagian yang dapat dimakan
|
%
|
85,0
|
85,0
|
-
|
Klasifikasi
Talas adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Upafamili : Aroideae
Bangsa : Caladieae
Genus : Xanthosoma
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Upafamili : Aroideae
Bangsa : Caladieae
Genus : Xanthosoma
Spesies : Xanthosoma sagitifolium
Tapai merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan
oleh jamur Saccharomyces cereviceae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam
mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa), menjadi alkohol dan
karbondioksida. Selain jamur tadi, dalam proses pembuatan tape ini terlibat
pula mikroorganisme lainnya, yaitu, Mucor chlamidosporus, dan Endomycopsis
fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi
gula sederhana (glukosa).
Tape atau tapai adalah makanan yang
difermentasikan sehingga mengalami perubahan dan menghasilkan rasa yang manis
dan mengandung alkohol dalam keadaan anaerob dengan bantuan jamur atau ragi. Selama ratuasan
tahun ragi (yeast) telah digunakan dalam pembuatan roti. Sebelum ragi
diproduksi secara komersial, dahulu orang membuat sourdough dan country breads
menggunakan ragi dari hasil fermentasi anggur dan/ atau kentang. Sejak abad 18,
saat ilmuwan Louis Pasteur melakukan penelitian maka diketahuilah keberadaan
mikroorganisme ragi yang berguna dan menguntungkan umat manusia.
Ragi adalah mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana-
mana. Ragi berasal dari keluarga Fungus bersel satu (sugar fungus) dari genus
Saccharomyces, species cereviciae, dan memilki ukuran sebesar 6-8 mikron. Dan
Saccharomyces cereviciae merupakan genom eukariotik yang pertama kali
disekuensi secara penuh. Dalam satu gram ragi padat (compressed yeast) terdapat
kurang lebih 10 milyar sel hidup. Ragi ini berbentuk bulat telur, dan
dilindungi oleh dinding membran yang semi berpori (semipermeable), melakukan
reproduksi dengan cara membelah diri (budding), dan dapat hidup di lingkungan
tanpa oksigen (anaerob).
Untuk bertahan hidup, ragi membutuhkan air, makanan dan lingkungan
yang sesuai. Bakteri bersel satu ini akan mudah bekerja bila ditambahkan dengan
gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang dihasilkan
akan membuat suatu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori – pori. Ragi
memiliki sifat dan karakter yang sangat penting dalam industri
pangan. Ragi akan berkembang dengan baik dan cepat bila berada pada temperatur
antara 25o – 30oC.
Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamina) hingga
tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem
pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung berbagai
macam bakteri
“baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan sebagai sumber probiotik
bagi tubuh. Cairan tapai diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per
mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek
menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah
bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari
tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan mengeluarkan aflatoksin
dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik
atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus
Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tapai
dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin
tersebut.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan
Bahan
1. Alat
:
a) 1
set panci
b) Kompor
c) Kain
d) Nampan
/ tampah
e) Daun
pisang
2. Bahan
:
a) Keladi,
1 kg
b) Ragi,
2 buah (dijemur dulu 1 hari)
c) Air,
5 liter
B. Cara Kerja
1. Keladi
dikupas
2. Dicuci
sampai bersih
3. Kemudian
umbinya dikerik
4. Dicuci
kembali sampai bersih
5. Dikukus
sampai agak lembek ± ½ jam
6. Diangkat
dan diletakkan di tampah/nampan
7. Diangin-anginkan
sampai dingin
8. Selanjutnya
diberi ragi yang rata dan rapi
a. Ragi
diletakkan didalam kain secukupnya
b. Selanjutnya
dihancurkan
c. Kemudian
siap untuk memberi bedak ragi pada keladi
9. Setelah
diberi ragi dimasukkan kedalam panci selama ± 3 hari
a. Sebelumnya
panci dilapisi daun pisang
b. Keladi
dimasukkan kedalam panci
c. Kemudian
ditutupi daun pisang kembali
d. Selanjutnya
panci ditutup yang rapat
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Warna :
Putih keabuan (tidak terlalu putih),
2. Rasa :
Manisn.
3. Tekstur :
Lembut
4. Bentuk :
Umum sepeti tape singkong.
5. Kadar Alkohol : 0 %
Ket : keladi
setelah dikukus.
Ket : keladi dipotong- potong.
Ket : keladi
setelah diberi ragi
Ket: proses
akhir pembuatan tape keladi.
B. Pembiayaan
1. Keladi,
1 kg = Rp. 5000,-
2. Ragi = Rp. 2000,-
3. Daun pisang =
Rp. 1000,-
4. Minyak Tanah = Rp. 12.000,-
Hasil produk yang diperoleh sebanyak 8 bungkus.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis
Proses
Percobaan kali ini yaitu pembuatan tape dari bahan
keladi. Untuk pembuatan tape, pertama-tama
keladi dikupas terlebih dahulu, kulit keladi kemudian dicuci dan dikerik hingga
bersih dari lendirnya, setelah kulit keladi dikupas dan dicuci kemudian
dikukus, pengukusan dilakukan sampai keladi menjadi empuk dan masak. Setelah
itu keladi didiamkan sampai dingin kemudian ditaburkan ragi secara merata,
penaburan ragi dilakukan dengan memasukkan ragi kedalam kain yang tipis
tujuannya yaitu agar ragi yang ditaburkan tersebar rata pada keladi . Setelah
itu, disimpan keladi yang telah ditaburi ragi kedalam panci yang telah di
lapisi oleh daun pisang. Setelah itu tape yang ada didalam panci disimpan
selama ± 3 hari agar terjadinya proses fermentasi. Reaksi dalam fermentasi
berbeda-beda tergantung pada kadar gula yang terkandung dalam keladi (zat pati
dalam keladi) yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Fermentasi adalah proses produksi
energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa
contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi
beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya.
Pembuatan tape melibatkan banyak
mikroorganisme, mikroorganisme
yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp.,
dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga,
Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri
Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja
sama dalam menghasilkan tape. Mikroorganisme dari kelompok kapang akan
menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan
dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida).
Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification), yang akan merubah sebagian gula-gula
sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkohol pada
tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya.
Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur
Saccharomyces cerivisiae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah
karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida. Selain
Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula
mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.
Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula
sederhana (glukosa). Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam
keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Hasil dari
tape yang kami coba ternyata tape keladi tersebut menjadi terasa manis, dan
kadar alkohol dari tape keladi tersebut adalah 0 %. Reaksi kimia yang terjadi dalam proses pembuatan tape tersebut yaitu:
2(C6H10O5)n
+ nH2O → n C12H22O11
Amilum/patiamilase matosa
C12H22O11
+ H2O → 2C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
Faktor
yang dapat menyebabkan pembuatan tape keladi ini dapat berlangsung tidak
sempurna salah satu penyebabnya adalah peralatan yang kurang higienis dan ragi
yang sudah lama (sudah kadaluarsa) dan dapat disebabkan juga oleh keladi yang
tidak bersih sehingga fermentasi tidak sempurna. Kegagalan dalam Percobaan : Ragi terlalu banyak, Wadah tidak tertutup rapat, keladi kurang bersih. Ragi yang
terlalu banyak menyebabkan rasa tape menjadi pahit. Sedangkan jika wadah tidak
ditutup rapat maka ragi tidak dapat bereaksi dengan keladi sehingga tape tidak
berhasil dibuat. Dan jika keladi yang digunakan tidak dicuci dengan bersih maka
masih terdapat mikroorganisme yang dapat mengganggu proses fermentasi sehingga
tape tidak berhasil dibuat. Pada
produk fermentasi tape yang dihasilkan menjadi
berair hal ini karena aktivitas mikroba yang mengeluarkan cairan tersebut. Sebenarnya cairan tersebut bukan air
melainkan etanol yang merupakan hasil dari fermentasi asam laktat. Adanya gula menyebabkan mikrobia yang mengunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan
menghasilkan alkohol. Rasa asam timbul karena perlakuan-perlakuan (proses) yang kurang teliti
seperti penambahan ragi
yang berlebihan dan penutupan yang kurang rapat pada saat fermentasi. Selain itu, rasa asam pada tape dapat terjadi bila fermentasi berlangsung
terlalu lanjut.
Untuk pembuatan tape yang baik pemberian
ragi untuk tape pun harus seimbang, agar tape terasa manis dan pas dilidah,
selain itu proses fermentasinya juga harus diperhatikan lamanya pembuatan tape
yang dibuat. Apabila pemberian raginya berlebihan maka tape tersebut akan
menjadi lembek dan terasa asam di lidah. Rasa asamnya ini disebabkan oleh pati
yang diubah oleh enzim amilase yang menjadikan gula. Sedangkan Enzim invertase
mengubah menjadi glukosa yang hasilnya akan menjadi alkohol. Jadi apabila
prosesnya terlalu lama maka tape tersebut akan berubah menjadi air yg banyak
dan rasa manisnya akan berkurang karna alkohol yang dihasilkan dalam tape akan
menghasilkan asam asetat.
B. Analisis
Ekonomi
Harga
bahan-bahan pembuatan tape keladi yaitu:
1. Keladi,
1 kg =
Rp. 5000,-
2. Ragi
= Rp. 2000,-
3. Daun pisang = Rp. 1000,-
4. Minyak Tanah 1
liter = Rp. 12000,-
Hasil produk yang diperoleh sebanyak
8 bungkus, Jika harga jual @ Rp. 3000/ bungkus, maka diperoleh Rp. 24000,
sedangkan Total pengeluaran Rp. 20000, jadi keuntungan yang diperoleh yaitu Rp.
4000,-. Untuk permulaan suatu usaha kemungkinan untuk untung sedikit itu
merupakan hal wajar, karena dalam pembuatan keladi tersebut kami hanya
menggunakan 1 kg, dan ragi hanya digunakan sedikit saja masih banyak sisa dari
ragi tersebut dan begitu pula dengan minyak tanah. Jika usaha tersebut di
teruskan maka kemungkinan akan untung yang lebih banyak, karena bahan-bahan
pembuatan tape keladi dari sebelumnya masih tersisa seperti ragi dan minyak tanah.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses pembuatan tape keladi yaitu dengan menyiapkan
semua alat dan bahan , lalu keladi
dibersihkan dan dikukus selama setengah jam, lalu didinginkan dan diberi ragi,
setelah itu dibungkus selama ± 3 hari.
Hasil dari tape yang kami coba
ternyata tape keladi tersebut menjadi terasa manis dan kadar alkohonya yaitu 0 % . Reaksi kimia yang terjadi dalam proses pembuatan tape yaitu:
2(C6H10O5)n
+ nH2O → n C12H22O11
Amilum/patiamilase maltosa
C12H22O11
+ H2O → 2C6H12O6
Maltosa maltase glukosa
2. Faktor yang dapat menyebabkan
pembuatan tape keladi ini dapat berlangsung tidak sempurna salah satu penyebabnya
adalah peralatan yang kurang higienis dan ragi yang sudah lama (sudah
kadaluarsa) dan dapat disebabkan juga oleh keladi yang tidak bersih sehingga fermentasi
tidak sempurna.
B. Saran
Dalam pembuatan tape harus
higienis, dan diperhatikan dalam komposisi ragi yang digunakan .
DAFTAR
PUSTAKA
Desroiser, Norman. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia; Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta.
Firstyani Nadya,
2012. Fermentasi. http://nadyafirstyani-fermentasi-tpp.html. Diakses November 2012.
Gambling casino site and registration
BalasHapusThe Gambling Casino Site and registration page is open 24 hours a day. The Gambling 카지노사이트 Casino Site and registration 바카라사이트 page is open 24 hours 메리트 카지노 주소 a day.