PERCOBAAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN ZAT PEWARNA DAUN
SUJI DENGAN PENGEKSTRAK ASETON
A. Tujuan
Percobaan
Mengetahui teknik pembuatan zat pewarna
alami dari daun suji dengan menggunakan pengekstrak aseton.
B.
Latar
Belakang
Mengundang nafsu untuk membeli suatu makanan
adalah kecantikannya. Pewarnaan yang sempurna dan harmonis tentunya akan
menggiurkan konsumen. Warna
pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih
menarik. Meskipun bau,
rasa dan teksturnya menarik, namun kalau warnanya tidak sesuai dengan warna
bahan makanan yang baik, makanan tersebut menjadi tidak menarik. Tidak
semua zat pewarna yang terkandung dalam makanan aman bagi tubuh kita. Salah
satu pewarna alami yang sering dipakai pada makanan dan minuman adalah warna
hijau. Setiap tumbuhan memiliki pigmen yang
berbeda-beda, pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan adalah
klorofil, kurkuminoi, karotenoid, antosianin dan sebagainya.
Daun
suji merupakan salah satu sumber warna hijau yang paling banyak digunakan
sebagai bahan pewarna hijau pada makanan tradisional. Tetapi untuk mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan, mencari daun suji untuk dipakai pewarna
hijau makanan adalah bukan hal yang mudah. Penyediaan bahan pewarna dalam
bentuk ekstrak pewarna akan membantu kepraktisan dalam aplikasi penambahan
warna makanan. Kandungan klorofil
pada daun suji yang bernama Latin Pleomele
angustifolia N. E. Brown ini sekitar 2053,8 μg/g. Hal
itu secara kasat mata sudah Nampak jelas yaitu pada warna hijaunya yang
menyegarkan. Selain itu pemakaian daun ini sebagai bahan pewarna makanan akan
memberikan aroma yang menyerupai aroma pandan, wangi dan sedap
Secara
tradisional, penggunaan daun suji sebagai pewarna dilakukan dengan cara
penumbukan daun dan diekstrak dengan air, lalu ditambahkan pada makanan atau
minuman. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu ekstrak pewarna daun suji yang dihasilkan warna hijau
yang kurang maksimal. Warna hijau pada daun suji disebabkan oleh adanya pigmen
klorofil.
C.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a. Baskom,1
buah
b. Blender,
1 buah
c. Gelas
kimia 50 ml, 1 buah
d. Gelas
kimia 250 ml, 1 buah
e. Gunting 1 buah
f. Kain
saring 1 buah
g. Kertas
saring, 1 buah
h. Pemanas
listrik 1 buah
i. Pipet skala 25 mL, 1 buah
j. Sendok 1 buah
k. Timbangan,
1 buah
2.
Bahan
a. Aseton
85%, 40 mL
b. Aquades
c. Daun
suji, 40 gram
D.
Prosedur
Kerja
1.
Daun suji disortasi.
2.
Daun suji dibersihkan dan dicuci dengan
air agar bersih dari kotoran, kemudian daun suji ditiriskan. Selanjutnya,
diiris dengan ukuran 0,5 cm - 1 cm.
3.
Daun suji ditimbang sebanyak 40 gr.
4.
Ditambahkan aseton sebanyak 40 ml
kedalam gelas kimia 50 ml.
5.
Dimasukkan daun suji kedalam blender
kemudian dimasukkan aseton.
6.
Diblender daun suji beserta aseton
sampai daun suji terlihat halus.
7.
Disaring daun suji yang telah halus dengan
menggunakan kain saring . Selanjutnya, ampas daun suji disaring dengan
penyaringan press hydrolik hingga ampas daun suji benar-benar kering.
8.
Filtrate disaring dengan kertas saring.
9.
Filtrate yang berada pada gelas kimia 50
ml dimasukkan kedalam water bath dan dipanaskan dengan menggunakan pemanas
listrik hingga 5 menit atau hingga mendidih. Setelah mendidih filtrate
didinginkan kemudian dimasukkan kedalam botol. Beri label pada botol tersebut.
E. Hasil Pengamatan
`Daun suji saat di
blender
Daun suji saat dipres dengan kain
saring,
Ampas daun suji saat diperas
dengan kain saring
Disaring dengan kertas saring
Hasil
filtrat
Pemanasan
dengan menggunakan water bath
Filtrat daun
suji setelah pemanasan
mL daun suji setelah pemanasan : 13, 7 mL
F.
Pembahasan
Percobaan
kali ini yaitu pembuatan pewarna alami daun suji dengan pengekstrak aseton, yang
bertujuan untuk mengetahui teknik pembuatan pewarna alami daun suji dengan
pengekstrak aseton.
Prosedur
kerja yang pertama yaitu daun suji disortasi yang bertujuan untuk memisahkan
antara daun suji yang baik dan yang tidak baik, sehingga filtrat yang
dihasilkan mempunyai warna sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian daun suji
dibersihkan dan dicuci dengan air agar bersih dari kotoran yang menempel pada
daun suji, kemudian daun suji ditiriskan agar sisa air pencucian tidak
mempengaruhi berat daun suji. Selanjutnya, daun suji diiris dengan ukuran
masing- masing 0,5 cm - 1 cm. Daun suji ditimbang sebanyak 40 gr. Ditambahkan
aseton sebanyak 40 ml kedalam gelas kimia 50 ml. Dimasukkan daun suji kedalam
blender dan ditambahkan aseton. Diblender daun suji beserta aseton sampai daun
suji terlihat halus. Lalu disaring daun suji yang telah halus dengan menggunakan
kain saring. Selanjutnya, ampas daun suji disaring dengan penyaringan pres
hydrolik hingga ampas daun suji benar-benar kering dari filtrat yang masih
tersisa pada ampas daun suji. Selanjutnya filtrat
disaring dengan kertas saring bertujuan agar filtrat yang dihasilkan
benar-benar maksimal, kemudian filtrat
yang berada pada gelas kimia 50 ml dimasukkan kedalam water bath dan dipanaskan
dengan mnggunakan pemanas listrik hingga 5 menit atau hingga mendidih. Pemanasan dilakukan agar klorofil
yang dihasilkan akan berkurang. Penyebab lain turunnya total klorofil pada
perlakuan pemanasan adalah
meningkatnya aktifitas enzim klorofilase akibat panas yang digunakan pada
wilayah aktivitas enzimatisnya. Sehingga meningkat pula degradasi klorofil
menjadi pheophytin. Setelah mendidih
filtrat didinginkan kemudian dimasukkan kedalam botol dan diberi label pada botol
tersebut.
Penggunaan
pelarut organik yaitu aseton 85 % akan menurunkan nilai kecerahan dari filtrat
daun suji yang dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan dengan menggunakan larutan
pengekstrak aseton 85% akan menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap
sebagai akibat peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji. Penggunaan pengekstrak Aseton yaitu
karena aseton memiliki kecenderungan lebih besar untuk menaikkan jumlah total
klorofil dibandingkan dengan air. Klorofil
lebih mudah terekstrak dengan menggunakan etanol dan aseton. Jumlah klorofil terekstrak di dalam
ekstrak daun suji yang semakin besar dengan menggunakan aseton 85 % sebagai
larutan pengekstrak, diduga karena aseton 85 % memiliki tingkat kepolaran yang
lebih mendekati kepolaran klorofil dibandingkan air sebagai larutan
pengekstrak. Klorofil di dalam daun berikatan dengan lipoprotein. Semakin
besarnya jumlah klorofil yang terekstrak dalam daun suji dengan pelarut ekstrak
aseton 85 %, diduga dengan menggunakan pelarut ekstrak aseton akan menyebabkan
terjadinya denaturasi protein yang mengikat klorofil sehingga klorofil dapat
lepas dari ikatan dengan protein dan ikut terekstrak dalam pelarut. Hasil
filtrat di dapatkan 13,7 mL.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu pembuatan zat pewarna dari daun suji dengan pelarut menggunakan aseton, dapat dilakukan dengan cara
daun suji dpotong kecil-kecil dan diblender. Kemudian ditambahkan aseton 85%. Dan
disaring kemudian filtratnya dipanaskan sehingga diperoleh ekstraksi daun suji
sebanyak 13,7 mL. Pengekstrak Aseton 85 % memiliki tingkat kepolaran yang lebih
mendekati kepolaran klorofil dibandingkan air sebagai larutan pengekstrak. Pelarut organik yaitu aseton 85 % akan menurunkan nilai
kecerahan dari filtrat daun suji yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, dkk., 1989,
Petunjuk Laboratorium analisis Pangan, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Antar
Universitas Pangan dan Gizi, IPB; Bogor.
Miati, mislul.,
2012, Yuk Bikin Pewarna Alami,
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/06/29/yuk-bikin-pewarna-alami/.
Diakses 10 oktober 2012.
Putri, dkk.,
2012, Ekstraksi Pewarna Daun Suji http://lib.unnes.ac.id/12466/1.haspreviewThumbnailVersion/4350407071a.pdf.
Diakses 10 oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar