Senin, 03 Maret 2014

Pembuatan Sabun

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Sebenarnya sabun mandi yang kita gunakan sehari-hari adalah senyawa lipid/lemak.. Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun merupakan hasil reaksi kimia antaralemak, minyak dan larutan kaustik. Reaksi kimia tersebut dinamakan saponifikasi dan dipandang dari sudut kimia sebagai garam alkalidari asam lemak. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing-masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam lauric) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam-asam lemak yang digunakan.
Komposisi asam-asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangatsukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam-asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi. Selain pemilihan minyak dan lemak, sifat kimia seperti titer point dan bilangan iodine juga merupakan faktor yang sangat berperan untuk memperoleh sifat sabun yang optimum. Selain itu juga dengan melakukan pencampuran atau perbandingan dari berbagai minyak atau lemak yang berbeda juga dapat memperoleh sabun dengan mutu yang diharapkan untuk mencegah terjadinya keretakan pada sabun (cracking).
Sabun memiliki bagian kepala dari senyawa tersebut yang polar dan ekor dari senyawa tersebut yang non-polar Air itu polar sehingga hanya bisa membersihkan kotoran-kotoran yang bersifatnya polar. Namun, kotoran pada tubuh biasanya cenderung sejenis minyak yang non polar sehingga harus ada senyawa yang dapat membuat senyawa tersebut larut dalam air. Oleh karena itu, bagian non polar pada senyawa sabun yang sangat panjang akan mengikat zat non polar dan bagian polarnya berikatan dengan air atau biasanya sebagai emultan. Kalau sudah, semua kotoran akan larut dalam air dan terbuang deh dari tubuh.



















BAB II
ALAT DAN BAHAN


A.    Alat
1.   Baskom, 2 buah
2.   Blender, 1 buah
3.   Centong, 1 buah
4.   Sendok, 1 buah
5.   Kain 1 lembar

B.     Bahan
1.   Air mineral, 210 gram
2.   Minyak Jagung, 100 gram
3.   Minyak Kelapa Sawit, 250 gram
4.   Minyak Kelapa, 140 gram
5.   Natrium Hidroksida, NaOH 75,5 gram
6.   Farfum + pewarna 10 cc











BAB III
PROSEDUR KERJA


1.      Disiapkan cetakan. Loyang diminyaki, baki plastik dialasi plastik tipis atau pipa PVC yang diminyaki.
2.      Ditimbang air dan NaOH. Dilarutkan dalam air sejuk. Digunakan wadah dari stainless, gelas pyrex atau plastic polopropilen. Dituang NaOH sedikit demi sedikit ke dalam air. Diaduk hingga larut, larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semua, disimpan ditempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruang.
3.      Ditimbang minyak sesuai resep.
4.      Dituang larutan NaOH ke dalam blender yang telah berisi minyak.
5.      Dipasang tutup blender, ditaruh kain diatas tutup blender, kemudian proses pada putaran rendah.
6.      Dihentikan blender dan diperiksa sabun untuk melihat tahap “trace”  tahap trace adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental dan bila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi massih membekas, itulah dinamakan “trace”.
7.      Pada saat trace bisa ditambahkan pewarna, pengharum dan bahan aditif lainnya.
8.      Diaduk beberapa detik lagi, kemudian hentikan putarannya.
9.      Dituang hasil sabun kedalam cetakan. Ditutup dengan kain insulasi. Disimpan sabun dalam cetakan tadi selama 1-2 hari, kemudian dikeluarkan dan potong sesuai selera.
10.  Disimpan sabun sekurang-kurangnya selama 3 minggu sebulum digunakan.

BAB IV
PEMBAHASAN


A.  Definisi Bahan
1.    Natrium Hidroksida
NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 318°C serta titik didih 1390°C. Hidratnya mengandung 7; 5; 3,5; 3; 2 dan 1 molekul air (Daintith, 2005). NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1 . Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. NaOH berfungsi untuk mengubah minyak atau lemak menjadi sabun.
2.   Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawit mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat. Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak menurut reaksi sebagai berikut:
3.   Minyak kelapa
Minyak kelapa mengandung asam palmitat, asam oleat, dan asam stearat. Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industry pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat  dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan(kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproad, kaprilad dan kaprat.
Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung sejumlah kecil komponen bukan minyak, misalnya fosfatida, gum sterol (0,06 –0,08%), tokoferol (0,003) dan asam lemak bebas (kurang dari 5%), sterol yang terdapat di dalam minyak nabati disebut phitosterol dan mempunyai dua isomer, yaitu beta sitoterol (C29H50O) dan stigmasterol (C29H48O). Stirol bersifat tidak berwarna, tidak berbau, stabil dan berfungsi sebagai stabiliuzer dalam minyak. Tokoferol mempunyai tiga isomer, yaitu α-tokoferol (titik cair 158o-160oC), β-tokoferol (titik cair 138o-140oC) dan γ-tokoferol. Persenyawaan tokoferol bersifat tidak dapat disabunkan, dan berfungsi sebagai anti oksidan.
4.   Minyak jagung
Minyak jagung diperoleh dari biji tanaman jagung atau Zea mays L., yaitu pada bagian inti biji jagung (kernel) atau benih jagung (corn germ). Tanaman jagung ini memiliki :Famili : Poaceae, Genus : Zea.
Inti biji jagung (benih jagung (corn germ)) ini memiliki kandungan minyak jagung sebanyak 83 % dengan kelembaban 14 %. Kandungan asam lemak minyak jagung yang paling banyak adalah asam linoleat C18:2 (asam lemak tak jenuh / unsaturated fatty acid). Minyak ini ditemukan pertama kali di Meksiko Tengah pada 5000 SM. Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan asam-asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6 persen, sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin. Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Selain komponen-komponen tersebut di atas, minyak jagung juga mengandung bahan yang tidak tersabunkan, yaitu:
a.       Sitosterol dalam minyak jagung berkisar antara 0,91-18 %. Jenis sterol yang terdapat dalam minyak jagung adalah campesterol (8-12 %), stigmasterol (0,7-1,4 %), betasterol (86-90 %) dari sterol yang ada dan pada proses pemurnian, kadar sterol akan turun menjadi 11-12 %.
b.      Lilin merupakan salah satu fraksi berupa kristal yang dapat dipisahkan pada waktu pemurnian minyak menggunakan suhu rendah. Fraksi lilin terdiri dari mirisil tetrakosanate dan mirisil isobehenate.
c.       Tokoferol yang paling penting adalah alfa dan beta tokoferol yang jumlahnya sekitar0,078 %. Beberapa macam gugusan tokoferol yaitu 7 metil tocol; 7,8 dimetil tococreena; 5,7,8 trimetil tokotrienol; (5,7,8) trimetil tocol (alfa tokoferol); 7,8 dimetil tocol.20 4. Karotenoid pada minyak jagung kasar terdiri dari xanthophyl (7,4 ppm) dan caroten (1,6 ppm) dan kadar tersebut akan menurun menjadi 4,8 ppm xanthophyl dan 0.5 ppm carotenpada proses pemurnian.
5.   Air
Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minumkemasan. Air dari pam tidak bagus karena banyak mengandung mineral.
6.      Pewarna + farfum
Pewarna berfungsi untuk mewarnai sabun agar terlihat lebih menarik. Sedangkan farfum berfungsi sebagai pengharum sabun.
B.     Prosedur Pembuatan
Praktikum kali ini yaitu pembuatan sabun mandi padat, yang bertujuan untuk mengetahui tehnik pembuatan sabun mandi padat. Langkah pertama yaitu menyiapkan cetakan yang telah diminyaki dengan minyak goreng. Tujuan pemberian minyak yaitu agar memudahkan pada saat mengeluarkan sabun dari cetakannya. Ditimbang air sebanyak 210 gram dan NaOH 75,5 gram, kemudian dituang NaOH sedikit demi sedikit kedalam air dan diaduk. Ketika NaOH dimasukkan ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air akan menjadi keruh dan panas. Namun, setelah diaduk berkali-kali hingga larut air yang semula keruh menjadi bening kembali. Hal inimenunjukkan bahwa NaOH telah larut didalam air. NaOH merupakan bahan terpenting dalam pembuatan sabun dan alkali dalam sabun didapat dari larutan NaOH yang dapat kita beli ditoko bangunan sebagai bahan kimia anti mampat.  Kemudian NaOH didinginkan pada suhu kamar.
Selanjutnya ditimbang minyak kelapa sawit 250 gram, minyak kelapa 140 gram, minyak jagung 100 gram dan dimasukkan kedalam blender.  Dituangkan larutan NaOH yang telah dingin kedalam blender yang telah berisi minyak. Pada saat mencampurkan NaOH kedalam minyak, akan dihasilkan gliserol dan sabun mentah. Kemudian pasang tutup blender dan taruh kain diatas tutup blender. Pemasangan kain tersebut bertujuan agar pada saat pengadukan campuran sabun tidak tumpah selanjutnya lakukan pemutaran blender. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap trace. Tahap trace adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Ditandai dengan mulai mengentalnya campuran sabun dan bila disentuh dengan menggunakan sendok beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas. Pada tahap ini campuran dapat ditambahkan dengan pewarna dan farfum agar sabun yang dihasilkan lebih menarik. Selanjutnya diaduk beberapa detik agar tercampur rata dan dituang sabun kedalam cetakan. Sabun yang telah dimasukkan kedalam cetakan ditutup dengan kain untuk insulasi dan disimpan selama 1-2 hari agar sabun menjadi padat.
Sementara itu, bahan dasar  pembuatan yang digunakan dalam pembuatan sabun ini sangat berpengaruh pada sabun yang dihasilkan. Jika menggunakan minyak dengan kandungan asam tak  jenuh dan rantai pendek, maka akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan bila dipakai minyak dengan kandungan asam lemak jenuh dan berantai panjang, maka akan dihasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (sabun padat).
Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum struktur asam lemak dapat digambarkan sebagai berikut :




















BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.    Sabun dapat dilakukan dengan proses saponifikasi
2.    Sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran.
3.    Dasar  pembuatan yang digunakan dalam pembuatan sabun ini sangat berpengaruh pada sabun yang dihasilkan. Jika menggunakan minyak dengan kandungan asam tak  jenuh dan rantai pendek, maka akan menghasilkan sabun cair. Sedangkan bila dipakai minyak dengan kandungan asam lemak jenuh dan berantai panjang, maka akan dihasilkan sabun yang tak larut pada suhu kamar (sabun padat).














DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2012. Saponifikasi. http://www.docstoc.com/docs/119818142/ Saponifikasi. Diakses November 2012.

Fessenden & Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta; Erlangga.
Luthfi, Ahmad. 2012. Sabun dan Deterjen. Http://SabundanDeterjen_Chem-Is-Try.Org_Situs Kimia Indonesia _html. Diakses November 2012.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar