Senin, 03 Maret 2014

PEMBUATAN ZAT PEWARNA DAUN SUJI DENGAN PENGEKSTRAK ASETON

PERCOBAAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN ZAT PEWARNA DAUN SUJI DENGAN PENGEKSTRAK ASETON


A.    Tujuan Percobaan
Mengetahui teknik pembuatan zat pewarna alami dari daun suji dengan menggunakan pengekstrak aseton.

B.     Latar Belakang
Mengundang nafsu untuk membeli suatu makanan adalah kecantikannya. Pewarnaan yang sempurna dan harmonis tentunya akan menggiurkan konsumen. Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Meskipun bau, rasa dan teksturnya menarik, namun kalau warnanya tidak sesuai dengan warna bahan makanan yang baik, makanan tersebut menjadi tidak menarik. Tidak semua zat pewarna yang terkandung dalam makanan aman bagi tubuh kita. Salah satu pewarna alami yang sering dipakai pada makanan dan minuman adalah warna hijau. Setiap tumbuhan memiliki pigmen yang berbeda-beda, pigmen yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan adalah klorofil, kurkuminoi, karotenoid, antosianin dan sebagainya.
Daun suji merupakan salah satu sumber warna hijau yang paling banyak digunakan sebagai bahan pewarna hijau pada makanan tradisional. Tetapi untuk mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan, mencari daun suji untuk dipakai pewarna hijau makanan adalah bukan hal yang mudah. Penyediaan bahan pewarna dalam bentuk ekstrak pewarna akan membantu kepraktisan dalam aplikasi penambahan warna makanan. Kandungan klorofil pada daun suji yang bernama Latin Pleomele angustifolia N. E. Brown ini sekitar 2053,8 μg/g. Hal itu secara kasat mata sudah Nampak jelas yaitu pada warna hijaunya yang menyegarkan. Selain itu pemakaian daun ini sebagai bahan pewarna makanan akan memberikan aroma yang menyerupai aroma pandan, wangi dan sedap
Secara tradisional, penggunaan daun suji sebagai pewarna dilakukan dengan cara penumbukan daun dan diekstrak dengan air, lalu ditambahkan pada makanan atau minuman. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu ekstrak pewarna daun suji yang dihasilkan warna hijau yang kurang maksimal. Warna hijau pada daun suji disebabkan oleh adanya pigmen klorofil.




C.    Alat dan Bahan
1. Alat                           
a.    Baskom,1 buah
b.    Blender, 1 buah
c.    Gelas kimia 50 ml, 1 buah
d.   Gelas kimia 250 ml, 1 buah
e.    Gunting  1 buah
f.     Kain saring 1 buah
g.    Kertas saring, 1 buah
h.    Pemanas listrik 1 buah
i.      Pipet skala 25 mL, 1 buah
j.      Sendok  1 buah
k.    Timbangan, 1 buah
2. Bahan
a.    Aseton 85%, 40 mL
b.    Aquades
c.    Daun suji, 40 gram







D.    Prosedur Kerja
1.         Daun suji disortasi.
2.         Daun suji dibersihkan dan dicuci dengan air agar bersih dari kotoran, kemudian daun suji ditiriskan. Selanjutnya, diiris dengan ukuran 0,5 cm - 1 cm.
3.         Daun suji ditimbang sebanyak 40 gr.
4.         Ditambahkan aseton sebanyak 40 ml kedalam gelas kimia 50 ml.
5.         Dimasukkan daun suji kedalam blender kemudian dimasukkan aseton.
6.         Diblender daun suji beserta aseton sampai daun suji terlihat halus.
7.         Disaring daun suji yang telah halus dengan menggunakan kain saring . Selanjutnya, ampas daun suji disaring dengan penyaringan press hydrolik hingga ampas daun suji benar-benar kering.
8.         Filtrate disaring dengan kertas saring.
9.         Filtrate yang berada pada gelas kimia 50 ml dimasukkan kedalam water bath dan dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik hingga 5 menit atau hingga mendidih. Setelah mendidih filtrate didinginkan kemudian dimasukkan kedalam botol. Beri label pada botol tersebut.











E.     Hasil Pengamatan
`Daun suji saat di blender                   

Daun suji saat dipres dengan kain saring,
Ampas daun suji saat diperas dengan kain saring
Disaring dengan kertas saring
Hasil filtrat
Pemanasan dengan menggunakan water bath

Filtrat daun suji setelah pemanasan


mL daun suji setelah pemanasan         : 13, 7 mL

F.     Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu pembuatan pewarna alami daun suji dengan pengekstrak aseton, yang bertujuan untuk mengetahui teknik pembuatan pewarna alami daun suji dengan pengekstrak aseton.
Prosedur kerja yang pertama yaitu daun suji disortasi yang bertujuan untuk memisahkan antara daun suji yang baik dan yang tidak baik, sehingga filtrat yang dihasilkan mempunyai warna sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian daun suji dibersihkan dan dicuci dengan air agar bersih dari kotoran yang menempel pada daun suji, kemudian daun suji ditiriskan agar sisa air pencucian tidak mempengaruhi berat daun suji. Selanjutnya, daun suji diiris dengan ukuran masing- masing 0,5 cm - 1 cm. Daun suji ditimbang sebanyak 40 gr. Ditambahkan aseton sebanyak 40 ml kedalam gelas kimia 50 ml. Dimasukkan daun suji kedalam blender dan ditambahkan aseton. Diblender daun suji beserta aseton sampai daun suji terlihat halus. Lalu disaring daun suji yang telah halus dengan menggunakan kain saring. Selanjutnya, ampas daun suji disaring dengan penyaringan pres hydrolik hingga ampas daun suji benar-benar kering dari filtrat yang masih tersisa pada ampas daun suji. Selanjutnya filtrat disaring dengan kertas saring bertujuan agar filtrat yang dihasilkan benar-benar maksimal, kemudian  filtrat yang berada pada gelas kimia 50 ml dimasukkan kedalam water bath dan dipanaskan dengan mnggunakan pemanas listrik hingga 5 menit atau hingga mendidih. Pemanasan dilakukan agar klorofil yang dihasilkan akan berkurang. Penyebab lain turunnya total klorofil pada perlakuan pemanasan adalah meningkatnya aktifitas enzim klorofilase akibat panas yang digunakan pada wilayah aktivitas enzimatisnya. Sehingga meningkat pula degradasi klorofil menjadi pheophytin. Setelah mendidih filtrat didinginkan kemudian dimasukkan kedalam botol dan diberi label pada botol tersebut.
Penggunaan pelarut organik yaitu aseton 85 % akan menurunkan nilai kecerahan dari filtrat daun suji yang dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan dengan menggunakan larutan pengekstrak aseton 85% akan menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji. Penggunaan pengekstrak Aseton yaitu karena aseton memiliki kecenderungan lebih besar untuk menaikkan jumlah total klorofil dibandingkan dengan air. Klorofil lebih mudah terekstrak dengan menggunakan etanol dan aseton. Jumlah klorofil terekstrak di dalam ekstrak daun suji yang semakin besar dengan menggunakan aseton 85 % sebagai larutan pengekstrak, diduga karena aseton 85 % memiliki tingkat kepolaran yang lebih mendekati kepolaran klorofil dibandingkan air sebagai larutan pengekstrak. Klorofil di dalam daun berikatan dengan lipoprotein. Semakin besarnya jumlah klorofil yang terekstrak dalam daun suji dengan pelarut ekstrak aseton 85 %, diduga dengan menggunakan pelarut ekstrak aseton akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang mengikat klorofil sehingga klorofil dapat lepas dari ikatan dengan protein dan ikut terekstrak dalam pelarut. Hasil filtrat di dapatkan 13,7 mL.










G.      Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu pembuatan zat pewarna dari daun suji dengan pelarut menggunakan aseton, dapat dilakukan dengan cara daun suji dpotong kecil-kecil dan diblender. Kemudian ditambahkan aseton 85%. Dan disaring kemudian filtratnya dipanaskan sehingga diperoleh ekstraksi daun suji sebanyak 13,7 mL. Pengekstrak Aseton 85 % memiliki tingkat kepolaran yang lebih mendekati kepolaran klorofil dibandingkan air sebagai larutan pengekstrak. Pelarut organik yaitu aseton 85 % akan menurunkan nilai kecerahan dari filtrat daun suji yang dihasilkan.













DAFTAR PUSTAKA


Apriyanto, dkk., 1989, Petunjuk Laboratorium analisis Pangan, Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB; Bogor.
Miati, mislul., 2012, Yuk Bikin Pewarna Alami, http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2012/06/29/yuk-bikin-pewarna-alami/. Diakses 10 oktober 2012.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar